Saat berkunjung ke Dataran Tinggi Dieng sering kali kita menjumpai beberapa anak berambut gimbal, orang Dieng menyebutnya dengan istilah "Rambut Gembel". Fenomena rambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng memang menjadi hal menarik untuk diperbincangkan, pasalnya "Rambut Gembel" pada anak-anak Dieng menyimpan misteri dan mitos yang diyakini oleh masyarakat setempat.
Belum ada penelitian ilimiah terhadap rambut gembel anak-anak Dieng, namun justru hal itulah yang menjadi daya tarik bagi banyak wisatawan, dengan tetap terpeliharanya kearifan dan tradisi lokal, Ruwatan Cukur Gembel, yaitu tradisi yang berlaku turun temurun di kawasan Dieng untuk mencukur rambut anak-anak gembel, sehingga Si anak akan terbebas dari segala kesialan atau kutukan.
Anak-anak berambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng tidak disebabkan karena faktor pemeliharaan rambut, misalnya malas keramas, atau tidak pernah menyisir rambut. Gembel pada anak-anak di Dieng juga berbeda dengan mode rambut gimbal yang sengaja dibuat. Konon, setiap orang yang memiliki garis keturunan Dieng berpotensi memiliki rambut gembel.
Ada beberapa tipe rambut gembel, yaitu gembel pari, yaitu gembel yang berukuran paling kecil seperti padi; gembel jagung, yaitu gembel seperti rambut jagung; gembel jatah, yaitu gembel yang hanya beberapa helai; dan gembel wedhus, yaitu gembel yang berukuran paling besar seperti domba. Tipe gembel wedhus paling banyak dijumpai diantara anak-anak berambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng.
Rambut gimbal tersebut tidak terjadi semenjak lahir, pada umumnya akan muncul saat anak berumur satu hingga tiga tahun. Diawali dengan kondisi kesehatan anak yang mudah sakit-sakitan dengan suhu badan sangat tinggi, bahkan beberapa diantaranya sempat dirawat di rumah sakit. Suhu badan akan berangsur turun dan kesehatan berangsur pulih seiring dengan tumbuhnya rambut gimbal. Setelah rambut gimbal tumbuh panjang, kondisi kesehatan anak akan pulih seperti sedia kala, bahkan beberapa diantaranya memiliki ketahanan tubuh yang jauh melebihi anak-anak normal.
Anak-anak gembel di kawasan Dieng ini memiliki karakter dan kepribadian spesifik, misalnya lebih sensitif, lebih agresif, dan cenderung menjadi pemimpin diantara teman-teman sepermainannya. Terhadap anak-anak berambut gimbal ini, masyarakat Dieng meyakini bahwa mereka merupakan titipan dari Ratu Kidul, serta titisan dari Eyang Kaladete bagi anak gembel laki-laki dan Nini Ronce Kala Prenya bagi anak gembel perempuan.
Konon, Kyai Kaladete dan istrinya, Nini Ronce Kala Prenye, mendapatkan wangsit dari Ratu Kidul, bahwa mereka berdua ditugaskan untuk membawa masyarakat Dieng menuju kesejahteraan. Indikasi bahwa masyarakat Dieng sudah memperleh kesejahteraan adalah munculnya anak-anak berambut gimbal. Oleh karena itulah, warga Dieng meyakini bahwa jumlah anak-anak gembel berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Dieng. Semakin banyak anak-anak berambut gimbal, maka tingkat kesejahteraan masyarakat Dieng semakin tinggi.
Setidaknya mitos seperti itulah yang sampai saat ini masih berkembang dan diyakini oleh masyarakat Dieng. Tak mengherankan jika semua keinginan anak-anak berambut gimbal merupakan keinginan sakral yang harus dipenuhi, baik oleh orang tuanya maupun masyarakat. Keinginan yang sangat kuat dari anak-anak berambut gimbal ini akan diwujudkan bersamaan dengan upacara pemotongan rambut gimbalnya, atau warga setempat menyebutnya Ruwatan Cukur Gembel.
Jika pemotongan rambut gimbal tidak dilakukan melalui upacara atau ruwatan, maka rambut gimbalnya akan tumbuh lagi, dan kondisi kesehatan anak akan lebih buruk, mudah sakit-sakitan. Selain itu, orang tua Si anak juga akan mendapatkan kesialan terus menerus. Oleh karena itulah, tradisi Ruwatan Cukur Gembel masih terus dilakukan hingga saat ini.
Upacara pemotongan rambut gembel biasanya dilakukan di kompleks Candi Arjuna, Telaga Warna, atau tepi Telaga Cebong di basecamp Sikunir. Acara ruwatan rambut gembel ini disertai dengan beberapa sesaji. Setelah proses pemotongan, rambut Si anak gembel akan dilarung di Telaga Warna, yang berhulu di pantai selatan. Pelarungan rambut gembel ini merupakan simbol dari pengembalian bala atau kesialan kepada Ratu Kidul atau Dewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar